Arab dan Progres Islam di Dunia bisakah disamakan?
Hukum islam memang mutlak ditegakan namun sudah relefankah diterapkan kesemua penjuru islam di dunia. Pasalnya islam Arab mayoritas penduduknya berekonomi kelas menengah atas tentu ini jombang dengan penduduk Indonesia yang katanya islam terbesar namun kenyataannya konteks islam di negara ini mayoritas ekonomi ke bawah. Jika sudah begitu sudah relavankah,, konteks islam memang reel namun bukan hanya konteks nakli tapi juga konteks akli.
Pasalnya Indonesia mayoritas penduduk muslim terbesar didunia namun realitasnya kehidupan ekonominya sangat jompang dengan Arab Saudi.
Tentunya Umroh dan Haji memang seyogyanya wajib bagi negara muslim namun itu juga kalau mampu dan batas mampu di negara kita adalah orang yang memaksakan kehendak untuk pergi ke Tanah Suci. Namun semua itu berubah ketika pulang ke tanah air tetap mereka tidak punya dan kembali ke hidupan sehari hari yakni seorang buruh, pedagang dan kaum urban.
Sejatinya Pemerintah Arab saudi selaku pengola dana haji dan Umroh harus melihat ke semua penjuru islam di dunia. Pasalnya islam perekonomiannya masih lemah sejatinya konteks islam dan kurangnya toleransi islam karena mereka meniru budaya Arab saudi yang sejatinya kurang relavan bagi negara ini. Sejatinya pemerintah Arab Saudi harus melakukan renovasi pemerintahan islam yang jaya ke semua penjuru negara. Pasalnya dana Umroh harusnya bukan hanya untuk negara Arab Saudi tapi untuk kepentingan Islam di dunia. Jika hanya untuk Arab Saudi yang notabennya menyediakan jasa Umroh dan Haji akankah Kabah hanya menjadi Destinasi Wisata dan sumber Dana dan Kekayaan Pemerintah Arab Saudi. Jika sudah begitu bagaimanakah negara Islam yang notabennya harus maju tetap menerapkah hukum islam ditengah kondisi sosial dan politik yang kurang mendukung.
Dinegara kita mayoritas menengah ke bawah, jangankah untuk menerapkan hukum,terkadang ustadnyapun mencari sumber pendapatan dari hasil berdakwah. Terus yang melenceng dari aktivitas dakwah lantas mereka dihakimi kemudian perekonomiannya terhenti karena dosa. Apakah tidak ada toleransi akan Proses sebagai manusia yang ingin hidup makmur, baik dan juga Realistis terhadap persoalan hidup yang sejatinya hanya dirinya dan Tuhan yang faham.
Seyogyanya ini menjadi kasus sosial yang selayaknya harus segera dituntaskan karena persoalan nafkah kita berbeda dengan negara berpenghasilan besar seperti Arab Saudi.
Kewajiban moderenisasi islam tentu belum sepenuhnya siap karena budaya kita juga masih ketimuran namun dan aspek ekonomi dan sosial negara kita oposisi sehingga ini harus menjadi perhatian semua pihak.
Kita harus melihat perbedaan dan celah jangan sampai peradaban di negara kita mati hanya karena Sara dan perbedaan. Seyogyanya kita ini bangkit bila tokoh bisa menggerakan seperti Bung Karno yang notabennya kita ini multi kultur, multi ras dan banyak agama. Sehingga persoalan ini harus segera ditangani dan menjadi perhatian Global jangan sampai terkapar dan mati... (Sf)
0 komentar:
Posting Komentar